KARIER JOIN MITRA LOGIN/REGISTER

Politik Anti Identitas Pedagang Beras

Politik Anti Identitas Pedagang Beras- Oleh: Ahmad DS, Kyai Marketing

Saya mengenalnya lewat grup WA KMC CEO Club yang saya kelola. Direkomendasikan oleh kawan saya. Dia berdagang beras, telur dan minyak. Disamping sebagai penyelenggara Umroh. Umurnya 30-an. Lumayan tampan dengan dua lesung pipit. Bicaranya khas logat orang Aceh. Biasa disapa Mas Odie.

Kemarin sore, kali kedua saya bertemu dengannya. Kita ngopi bareng di sebuah kedai kopi gaul di Metland. Ngobrol dari jam 4 sore sampai selepas isya. Tak terasa mengalir deras perbincangan kita. Disitulah saya baru tahu kalau mas Odie pedagang beras premium ini adalah seorang ustad bergelar LC dan MUS. LC didapatkannya dari S1 di Univ Al Azhar dan M.US, S2-nya didapatkannya dari sebuah universitas di Selangor Malaysia, satu alumni dengan ustad muda yang sedang naik daun Luqmanul Hakim Pontianak. Sedang SMAnya di Pondok Modern Gontor, Ponorogo, kota saya bersekolah juga. Ternyata nama lengkapnya Roussydiy Abubakar, Lc, M.US.

Dua kali bertemu tak nampak dari cara berpakaian maupun dari cara berbicaranya bahwa beliau seorang ustad yang berpendidikan tinggi. “ Saya kalau sedang tidak berkotbah ya dandanan saya netral seperti ini” ujarnya sambil mengisap rokok kreteknya. “ Nabi saja berdagang dengan siapa saja seperti orang Yahudi tak masalah, kita pun demikian, kalau sedang jadi pedagang beras ya berlaku profesional sebagai pedagang beras, bedanya kalau kita Al Amien, beras premium kita tak ada campuran. Kalau mau murah baru dicampur, kita kasih tahu beras apa dicampur beras apa, tak seperti pedagang lain yang tak kasih tahu.”

Logatnya asik seperti sedang bicara sama Upin dan Ipin. Netral bicara bisnis. Kalau tidak saya tanya tentang landasan Quran dan Hadist, Mas Odie pun tak keluar sepatah ayat atau hadist pun. Jenggotnya tipis khas anak muda, wajahnya bersih tanpa ada hitam hitam di dahinya. “ Bisnis khan jangan membatasi segmen kita, saya dekat dengan semua golongan, Muhammdiyah NU Salafi semua kawan, juga non muslim. Saya juga gak mau jualan “ ayat”, murni pedagang beras yang orang beli karena kualitas beras premium saya. “

Saya jadi ingat beberapa kisah pada Sufi yang kesehariannya seperti orang biasa. Menjadi petani, pedagang, bahkan menyamar menjadi seorang pengemis. Mbah Maimun Zubair, kesehariannya Bertani dan berdagang. Kata-kata beliau yang legendaris adalah

“Nak, kamu kalau jadi guru, dosen, atau kiyai kamu harus tetep usaha, harus punya sampingan biar hati kamu nggak selalu mengharap pemberian atau bayaran orang lain, karena usaha dari jasil keringatmu sendiri itu barokah”

Yang menarik, kita berdua sepakat akan mencoba menyosialisasikan dan membumikan ajaran bisnis dari Nabi Muhammad SAW, dengan kontek kekinian di era Digital ini. Seminarnya gratis kita tawarkan kepada siapa saja yang mau ikut kajiannya. “ Kita gak nyari duit dari seminar itu, namun kalau ada jamaah yang mau membeli beras, madu atau buku kita gak papa ya ustad ?” tanyaku. “ Ya gak papa namanya dagang, asalkan tidak mengarahkan dan memaksa audience.”

Semoga niat kami berdua bisa berjalan, dan saya memang merindukan partner berjuang membumikan “ etika bisnis Rosullulloh” yang paham al quran dan hadist dengan wawasan yang luas (min al-‘alimin) .
Doakan ya ges.
ADS

Leave a Comment